Serang (ANTARA News) - Semburan lumpur yang terjadi di Kampung Astana, Desa Walikukun, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang, Banten, mengandung gas metan sehingga mudah terbakar jika kondisi kosentrasi tinggi.
"Untuk itu, kami minta di lokasi semburan lumpur itu dibuatkan pipa lebih tinggi agar gas metan lepas ke udara," kata Kepala Bidang Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Banten Eko Palmadi, Minggu.
Eko mengatakan, saat ini pipa yang menampung gas metan di lokasi semburan lumpur terlalu pendek sehingga dikhawatirkan menimbulkan kebakaran.
Untuk itu, pihaknya meminta kepada pengunjung agar tidak merokok atau menyalakan api di daerah lokasi semburan.
"Gas metan itu mudah terbakar jika kosentrasi lebih tinggi, namun sepanjang kosentrasi tidak tinggi tak menjadi masalah," katanya.
Meskipun saat ini semburan lumpur relatif kecil, namun perlu diwaspadai gas metan itu karena mudah terbakar juga bisa mengeluarkan ledakan tinggi.
Ia mencontohkan kasus ledakan di pertambangan batubara Sawah Lunto, Sumatra Barat yang menewaskan 32 orang itu akibat ledakan gas metan.
Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada pihak pemborong Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yang membuat pemboran sumur yang mengeluarkan semburan lumpur agar membuat cerobong pipa lebih tinggi untuk membuang gas metan ke udara.
Saat ini, pipa yang ada terlalu pendek dan mengeluarkan bau tak sedap.
Namun demikian, selama pengamatan di lapangan kemungkinan semburan lumpur yang mengandung gas metan tidak membahayakan karena berada di ruang terbuka sehingga terkena angin dan mudah menguap.
"Saya kira berbeda gas metan disini dengan di pertambangan batubara Sawahlunto, Sumatra Barat itu," ujarnya.
Untuk sementara aktivitas semburan lumpur belum berhenti, walaupun kondisinya relatif kecil dibandingkan Sabtu hingga ketinggian 15 meter.
Semburan itu juga menggenangi sawah milik warga seluas empat hektare.
"Saya kira bisa berhenti semburan lumpur itu jika gas metan sudah mengecil atau berkurang, karena daerah sini merupakan kantong-kantong gas metan," ujarnya.
Menurut dia, sebetulnya gas metan itu dapat dimanfaatkan oleh warga untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar rumah tangga karena mengandung api.
Selain itu, juga bisa dibuat bahan bakar elpiji karena gas metan sama dengan kotoran sapi atau spiteng manusia.
Sementara itu, Ketua Rukun Tetangga Rt 01/01 Kampung Astana, Desa Walikukun, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang, Mansyur, mengatakan, sebetulnya pembuatan sumur sedalam 74 meter itu proyek Dinas Kesehatan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di pusat kesehatan desa (Puskesdes).
Namun, tiba-tiba Sabtu dinihari mengeluarkan semburan lumpur disertai ledakan keras.
"Sampai saat ini semburan lumpur belum berhenti dan mengeluarkan bau tak sedap akibat gas metan itu," ujarnya.(*)
Source: http://www.antaranews.com/view/?i=1245595407&c=TEK&s=TKN
Sejarah Awal Tarekat dan Nama Aliran Tarekat
1 bulan yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar